Judul Tidaklah Penting

Untuk sebuah tulisan berantakan ini, tidak perlu juga kan yang namanya Judul?
Oke, beberapa hari ini ada 2 kata yang sangat menarik bagi saya, yaitu ideologi dan pragmatisme. Tapi bukan tempatnya kalau saya membahas definisi 2 kata tersebut. Silahkan mencari referensi tersendiri, dan mungkin anda juga akan tertarik untuk membahasnya bila dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa dunia yang baru terjadi. 2 kata itu dengan sangat cerdas mengajarkan saya pelajaran lama, yang terus diulang-ulang dari tingkat SD hingga sekarang, bahwa kepentingan masyarakat harus didahulukan daripada kepentingan keluarga. Tapi terkadang kepentingan masyarakat itu akan mengikuti kepentingan pribadi anda jika anda seorang yang punya kedudukan tinggi di masyarakat.
Lalu apa kabar dengan Bapak Susno Duadji ? Mohon maaf, untuk urusan ini saya tidak akan ikut campur, biarlah 2 dunia yang berbeda, yaitu dunia nyata yang tengah rebut itu dengan dunia otak saya tetap terpisah di kotak-kotak yang berbeda. Dan kedua kotak tersebut tidak aka nada di tulisan ini, Insya Allah.
Oh ya, dari kemarin saya kembali melanjutkan membaca buku yang dari tahun lalu belum tuntas juga, dan sampai hari ini juga belum tuntas. Buku ini bukanlah diktat tebal, melainkan “hanya” sebuah buku berjudul “REALLIONAIRE”, karangan Farrah Gray. Daripada dibilang berpromosi, lebih baik anda cari bukunya di took buku, atau di perpustakaan, dan saya rekomendasikan untuk dibaca. Jika semangat saya menjadi fluktuatif dalam membaca sebuah tulisan, berarti tulisan itu tulisan bagus, dalam hal ini buku “REALLIONAIRE.”
Dan entah mengapa, apa saya mulai gila atau apapun, saya mulai benci dengan siaran langsung berita di televise nasional. Dan anda sebaiknya tidak mengikuti saya dalam hal ini. Oh ya, mungkin karena ada salah satu siaran berita yang harusnya jujur tapi malah menggunakan narasumber palsu. Ya pantes aja saya benci, wong orangnya palsu, hhe.. Bukannya bersikap apatis atau bagaimana, tapi sikap saya membenci tindakan itu agar kita semua sama-sama selektif, baik saya sendiri untuk lebih selektif dalam menonton siaran televisi maupun mereka yang bekerja untuk melayani kebutuhan masyarakat tersebut. Dan beruntunglah mereka yang mampu berlangganan televisi kabel di rumah. Tapi hati-hati juga, mengingat media luar negeri yang terkenal dalam menanamkan doktrin (menurut saya) anti-ini, pro-itu, dukung begini, tolak begitu. Jangan sampai juga anda termakan isu-isu tidak penting di dunia internasional, salah-salah malah ke-Indonesia-an anda yang akan tergerus. Ya tonton saja film-film yang menghibur atau siaran langsung sepakbola, seperti yang saya lakukan sehari-hari jika ada waktu senggang.
Selamat beraktifitas!