Dana Aspirasi: Kenapa Mesti Dibuang Ke Laut?

Entah apa yang telah uang lakukan kepada otak para wakil rakyat kita, setelah rencana Dana Aspirasi ditolak, eh mereka malah berniat memperjuangkan proyek baru. Apa namanya? "Rumah Aspirasi."
Tidaklah mau saya berbasa-basi menjelaskan apa itu proyek baru ini. Bila anda bisa sampai ke blog ini, pastilah anda bisa ke search engine dan bertanya "apa itu rumah aspirasi."
Memang benar, pimpinan-pimpinan DPR dengan tegas menolak proyek ini yang menghabiskan biaya 122 miliar rupiah per tahunnya. Tapi tetap saja saya terperangah dong, kok bisa sebegitu semangatnya mereka memperjuangkan sesuatu yg jelas tidak bakal efektif dan malah jadi lumbung uang untuk mengembalikan biaya kampanye mereka? Untuk semangat mereka yang ini, sangatlah pantas untuk kita puji, dan sangatlah pantas untuk kita hina juga.
Bila proyek ini akhirnya goal (jangan sampai itu terjadi), lalu apa gunanya partai politik, apa gunanya Gedung DPR, dan apa gunanya anggota DPR yang (katanya) terhormat itu digaji negara?
Jelas, rumah aspirasi ini akan menjadikan anggota DPR laksana komplotan kerajaan yang selalu minta dilayani, karena untuk menyampaikan aspirasinya nanti, rakyat harus ke rumah itu, lalu antre, menyampaikan aspirasinya, dan akhirnya harus MENUNGGU dipanggil oleh anggota DPR yang baik hati. Jelas, sangat, sangat menghabiskan waktu dan tenaga konstituen, serta memanjakan anggota DPR.
Menurut saya, jelas lebih baik bila anggota-anggota dewan ini mengakui saja kalau mereka tidak mampu melakukan tugasnya sebagai anggota dewan. Tidak usah juga meminta-minta fasilitas laksana raja jika kerja pun tidak pernah tuntas.

Tidak ada komentar: