Toy Story 3: the history of making and a review

Awalnya Toy Story 3 tidak dimaksudkan sebagai garapan Pixar. Ketika hubungan Disney dan Pixar memburuk di tahun 2004, CEO Michael Eisner memamerkan gigi finansial Disney dengan membuat Toy Story 3 tanpa campur tangan Pixar. Walaupun Woody dan Buzz Lightyear lahir dari jari-jari kreatif Pixar, kontrak menjamin bahwa hak milik semua karakter dipegang seutuhnya oleh Disney. Mereka harus ikhlas melepas mainan mereka untuk dikuasai Disney, yang dalam dekade itu filmnya selalu buruk.
Studio yang akan mengerjakan Toy Story 3 adalah Circle 7 Studio, yang merupakan unit baru Disney Studios di bidang animasi 3D. Di tangan studio seumur jagung ini, seri ketiga Woody dkk adalah tentang penyelamatan Buzz yang ditarik masal oleh pabriknya.
“Untunglah” angin berbaik hati dan berubah arah. Kampanye “Save Disney” yang dikomandoi Roy Disney sukses mendepak Eisner dari kursi CEO, sekaligus menempatkan Robert Iger sebagai nahkoda baru di sana. Kemampuan Iger meluluhkan hati CEO Pixar, Steve Jobs, berbuah merger Disney-Pixar yang disahkan pada medio 2006.
Merger ini menempatkan sutradara Toy Story dan Toy Story 2, John Lasseter ke posisi Direktur Kreatif Disney. Dan langkah pertama yang ia lakukan adalah mencabut produksi Toy Story 3 dari Disney Circle 7, dan mengembalikannya ke rumah tempat Woody dan Buzz dilahirkan: Pixar. Ceritanya tidak lagi tentang Buzz yang ditarik pabriknya, tapi tentang mainan-mainan itu ketika dipensiunkan oleh Andy.
Maka, ketika nanti lampu teater dipadamkan, animasi kastil diputar, dan lampu Luxo meloncat-loncat; sebetulnya Anda akan menonton sebuah film yang nyaris digarap oleh tangan yang salah.


Review:
Mainan di kamar tidur Andy tidak hanya merasa aman karena dipakai dengan baik. Mereka juga merasakan sayang, karena bagi Andy kecil, mainan-mainan itu adalah bagian penting dari imajinasi seorang anak yang gembira. Sebelas tahun sejak Toy Story 2 berlalu, Andy telah lulus SMA, dan menuju bangku kuliah; Woody dkk harus menemui kenyataan pahit bahwa mereka tidak lagi penting.
Tetapi manakah yang lebih penting? Menjadi mainan yang membuat gembira anak-anak, atau bersembunyi di loteng rumah demi aman dari kerusakan? Buzz, Jessie, Mr Potato Head, dan Hamm memilih pindah ke taman penitipan anak-anak Sunnyside, di mana mereka tidak akan pernah lagi diabaikan. Walaupun Woody (Tom Hanks) bersikeras bahwa gagasan itu berbahaya, tetapi sambutan hangat dari tetua Sunnyside, Lotso Bear membuat mantap keputusan itu.
Memperhatikan seluloida Toy Story 3 berpendar di layar dan mendengar “You Got a Friend in Me” melantun di teater, seperti membuka buku favorit atau album foto lama. Kita menemukan kembali bagian-bagian yang mengesankan dan kenangan-kenangan yang bagus. Akan tetapi, bisakah kita (dan mainan) menjadi utuh atas kenangan sebuah pernah?
Di seri ke-tiga Toy Story ini, Lee Unkrich menuntaskan petualangan mainan-mainan konyol itu dengan rapi, manis, dan sempurna.


sumber: hermansaksono.com

Tidak ada komentar: