Uthlubul ilma walau bishshin

Melihat perjalanan hidup rekan saya yang tengah berada di bagian terbawah siklus roda berputar, sebenarnya menggelitik keinginan untuk menulis di sini lagi. Haha
Dalam memandang sebuah kegagalan, tidak semua orang kan bisa menerima dengan baik kegagalan itu? Ilustrasinya begini, ada seorang anak SMP yang dengan hebatnya bisa masuk di SMA favorit semua orang di Indonesia. Tentunya siapapun yang mengenalnya pasti bangga kan? Nah, dalam perjalanannya mengarungi dunia SMA (halah), dia tergelincir dari arus persaingan manusia-manusia lebih cerdas, dan tahukah apa yang terjadi? Anak itu tidak naik kelas!! Si anak itu sendiri tahu dia sedang menghadapi marabahaya putus sekolah, tapi dia berusaha sekuatnya agar tidak tertinggal jauh, tapi nyatanya kembali gagal. Jika melihat fenomena yang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini, normalnya dia sudah terjun payung (tanpa pakai parasut). Tapi dengan sikap ksatrianya, akhirnya dia mengibarkan bendera putih dan mencari lahan baru untuk "berperang". Sadar akan kapasitasnya, tentu dia kapok dengan sebutan "SMA favorit". Dia lebih memilih SMA yang biasa saja tapi bisa memberikan dia peluang untuk meniti sukses lagi. Tapi ya itulah masalahnya, lingkungan dia tetap memaksa untuk masuk SMA favorit lain, alasannya sederhana "biar kamu bisa masuk PTN yang top, kalau yang paling terfavorit bisa masa' yang terfavorit kedua gak bisa?". Luar biasa tidak menghargai posisi dia sekarang pikir dia. Dan pergemulan pikiran ini akan terus menyiksa dirinya, ya sampai dia dapat tempat lain. Atau bahkan malah masuk liang tanah 2x1 meter itu.
Sesuai dengan judul di atas, yang kalau boleh ditafsirkan berarti "tuntutlah ilmu walau ke negeri China". Rekan saya ini sudah mengadopsinya ke arah pemikiran yang menurut saya cukup bijak, tapi radikal dengan keinginan lingkungannya. "tidak apa saya melanjutkan belajar ke China walaupun saya gak suka sama lingkungannya, daripada membuang waktu belajar di Harvard atau MIT sana, yang walaupun dicintai dan dipuja banyak orang tapi tidak memikat hati saya lagi."
Lantas, bagaimana menurut anda?

Tidak ada komentar: