Ternyata kita (harusnya) bisa

Melihat judul di atas, pasti udah bisa ditebak kalo posting membahas 1 hal: pemerintah :D
100 tahun (jangan lupakan 5 tahunnya juga) pemerintahan negara kita menyiapkan (kembali) fondasinya untuk 5 tahun ke depan (semoga kesampaian 5 tahun). Tapi saya gak mau ngomentarin orang yang di atas sekarang, tapi orang-orang di bawah mereka tapi di atas garis-garis kemiskinan. Ingat kan kalo bangsa kita pernah dijajah berabad-abad? Secara tidak langsung, hal itu menurut saya membentuk masyarakatnya. Culture stelsel, romusha, dan segala jenis pemerasan tenaga dilakukan penjajah. Hal ini membuat bangsa kita menjadi pekerja keras. Ya, kita jadi bekerja keras kalo DIPAKSA!! Pasti anotasi ini membuat telinga anda panas dan berhasrat mencari penulis posting ini dan ingin segera menggorok lehernya. Tapi itu kenyataan kan?  Oke kita cari bahasan lain. Apa ya? Oh, saya ingat
Bangsa kita yang dulu terdiri dari berbagai kerajaan yang berganti-ganti kehadirannya, punya beberapa warisan untuk kita. Bukan warisan fisik seperti candi dan prasasti lho. Tapi adalah warisan sifat. Apa itu? Bangsa kita (seperti sebelumnya), susah diajak untul bekerja oleh masing-masing raja mereka. Bangsa kita menganggap cukup dengan pemberian, atau hadiah, atau sedikit kemewahan yang dibagikan orang kerajaan saja mereka sudah makmur. Ya, memang makmur, tapi tidak sepenuhnya definisi "makmur" itu mereka raih. Karena mereka tetap saja miskin. Lha, kalau makmur kan bisa bikin kerajaan tandingan kan? Nah, kalau mereka merasa gak makmur, pasti akan merasa sangat kesal, tapi tidak pernah diungkapkan, yang pada akhirnya sering kita sebut "dendam kesumat". Emangnya gak boleh ya orang kesal? Ya boleh  saja, tapi dendam kesumat itulah yang memudahkan bule-bule sok ramah yang dalam sejarah kita kenal sebagai kompeni itu memprovokasi orang untuk melakukan pemberontakan yang pada akhirnya makin memperpecah bangsa. Makin banyak, dan terus bertambah jumlah kerajaan yang muncul, yang saya jamin juga membuat anda pusing belajar sejarah. Warisan itu masih ada sampai sekarang. Pemerintah selalu dituntut mensejahterakan rakyat, yang jujur saja sulit untuk menyejahterakan SEMUA walaupun harus mengubah Undang-Undang yang membolehkan bule memimpin negeri ini alias mempersilahkan penjajah datang lagi.
Makin tinggi tensinya, ya...
Sesuai judul, coba kita renungkan sifat kita yang pertama, yaitu bekerja keras kalau dipaksa. Cobalah kata "kalau" diganti dengan "tanpa". Harusnya kita sudah makmur tuh dari dulu.
Untuk mencapai inti dari tulisan ini, saya malah menyeret moyang kita ya...maka dari itu maafkan segala kesalahan dalam membuat tulisan ini, karena sesungguhnya cuma bermotif untuk memotivasi diri saya sendiri khususnya dan anda pembaca sekalian pada umumnya (serasa dakwah Jum'at ya :D)