Minggu lalu...

konsistensi yang tengah terbangun akhir-akhir ini "memaksa" saya untuk rajin menulis..yang jelas terkadangtidak semua tulisan punya hubungan dengan tulisan sebelumnya, juga tulisan ini, mari kita simak saja hasil tulisan saya :)


Hari minggu malam tanggal 21 Maret 2010 waktu Indonesia Barat atau siang waktu setempat, pertempuran di atas lapangan hijau yang sejak awal diprediksi berlangsung dahsyat dan penuh dendam telah selesai digelar. Pertandingan itu tidak lain adalah matchday ke-31 Liga Premier Inggris antara tuan rumah Manchester United melawan Liverpool. MU menurunkan formasi yang sama saat menaklukkan AC Milan 4 gol tanpa balas di leg 2 16 besar Liga Champions lalu. Sedangkan Liverpool menurunkan formasi terbaiknya termasuk kapten Steven Gerrard yang bebas dari hukuman karena diduga menyikut seorang pemain dari pertandingan sebelumnya serta bomber andalan Fernando Torres. Kedua tim juga tengah memiliki moral yang tinggi, karena kedua tim dapat menembus babak 8 besar level Eropa, walaupun tahun ini Liverpool turun kasta. MU juga mengusung misi balas dendam karena telah kalah 3 kali beruntun dari tim yang sama dan dipermalukan 1-4 di kandang sendiri.

Dan pertandingan pun dimulai, dimana MU lebih menguasai pertandingan dengan sedikit bertahan di belakang dan bermain bola-bola pendek yang memanfaatkan lebar lapangan, sedangkan Liverpool yang kurang menguasai bola memilih alur serangan balik cepat dengan mengandalkan kecepatan Torres, Gerrard, dan Dirk Kuyt. Karena terlalu maju dalam bertahan dalam rangka mengurung wilayah Liverpool, sebuah kesalahan umpan pendek yang dilakukan Michael Carrick membentur pemain Liverpool, Lucas, dan bola liar itu diambil alih oleh Gerrard, yang mengirim umpan terobosan cantik kepada Dirk Kuyt yang dengan baik sukses mengangkat bola ke daerah penalty yang disambut sundulan Torres. Proses gol yang sama seperti saat Edin Dzeko berhasil membobol gawang MU di penyisihan Liga Champions lalu, dan juga menghadirkan sedikit kegeraman pada diri Rio Ferdinand, karena gol tersebut mengingatkan mereka akan gol Messi di Olimpico Roma dulu. Semangat MU pun terlecut karena tidak ingin kalah 4 kali beruntun dari rival abadi. MU berada di bawah tekanan. Ji Sung Park, seorang pemain MU asal Korea Selatan, yang biasa beroperasi di sayap kiri pada pertandingan ini kembali diplot oleh Sir Alex Ferguson sebagai gelandang tengah. Jika pada pertandingan melawan Milan bertujuan untuk memblokir kreativitas Andrea Pirlo, kali ini ia ditugaskan memblokir Gerrard. Dalam hal ini Park cukup kesulitan di 8 menit pertama, sehingga ia mencari solusi dengan menjadi penyerang lubang di belakang targetman Wayne Rooney, dan dengan itu ia sukses mengacak pertahanan Liverpool. Karena pergerakan dan stamina yang dahsyat, didukung permainan kelas dunia Fletcher dan visi Carrick, Park berhasil membantu MU mendapat gol setelah skema permainan apik berkahir di kaki Antonio Valencia yang bajunya ditarik oleh Mascherano. Dan Rooney, sebagai algojo utama United musim ini, berhasil menyamakan kedudukan setelah memanfaatkan bola hasil rebound penaltinya yang ditepis Reina. Alur pertandingan pun berubah dan kembali dikuasai MU. Kengototan Liverpool untuk menahan skor hingga pertandingan babak pertama selesai terlihat dari permainan Jamie Carragher, yang menjaga pergerakan Rooney dengan sadis. Sehingga beberapa menit terakhir berlangsung membosankan karena MU tidak dapat mencari celah untuk menembus wilayah Liverpool, sebelum Liverpool mengakhiri permainan dengan mencoba membuat alur serangan yang terpotong peluit wasit.

Di babak kedua, kebosanan masih terasa, karena kedua tim bermain sangat hati-hati. Park kembali membuat peluang dengan dribble cepatnya, saying tembakannya mendarat tepat di pelukan Reina. Serangan sayap Liverpool kembali membuat peluang, saying Torres tidak dapat memanfaatkannya. Rooney pun bergerak mundur mencari bola, dan bola yang ia dapatkan diberikan kepada Fletcher, yang lalu mengirimkan crossing cantik yang disambut diving header berani dari Park Ji Sung, dan gol! Ji Sung Park melakukan apa yang diimpikan jutaan fans MU di dunia, yaitu mencetak gol kemenangan melawan Liverpool! Tapi pertandingan masih berlangsung dan waktu cukup panjang, Liverpool lalu merobak formasi dengan memasukkan Aquilani, Babel, dan Benayoun. Strategi super ofensif dari Liverpool disikapi MU dengan memasukkan pemain berpengalaman mereka Giggs dan Scholes untuk menjaga aliran bola dan menahan serangan Liverpool. Giggs yang sebelum pertandingan menyiratkan bila ia sangat termotivasi di pertandingan ini kurang terlihat kinerjanya akibat cedera cukup panjang. Peluang kembali menghinggapi Liverpool melalui Torres, namun gagal dimaksimalkan dan bola liar tersebut disambar pemain Liverpool lainnya namun berakhir di tangan cekatan kiper van der Sar. Pertandingan pun berakhir dengan bergaungnya Old Trafford, dan applause panjang pantas diberikan kepada 3 pemain, yaitu Rooney yang akhirnya sukses membobol gawang Liverpool setelah tepat 16 jam belum berhasil, Fletcher yang pantas diberikan julukan “big game player” walaupun performanya tidak sehebat saat menaklukkan Arsenal di Old Trafford lalu, dan Ji Sung Park yang performanya dalam 4 pertandingan terakhir sangat mengagumkan dan menjadi bagian penting dari permainan MU.

Lalu apa inti tulisan ini? Persepsi orang pasti macam-macam, tapi saya cuma menyoroti satu hal, yaitu impian fans MU terutama orang native Manchester sana yang selalu bermimpi mencetak gol kemenangan ke gawang Liverpool telah digapai dengan indah oleh Park Ji Sung. John O’Shea, yang tengah cedera sekarang, pernah merasakannya di bulan Maret 2007 di Anfield. Carlos Tevez, Wayne Rooney, Ryan Giggs, Diego Forlan (2 gol), Rio Ferdinand (2 gol), Mikael Silvestre (2 gol), Ole Gunnar Solskjaer, dan The King Eric Cantona pernah merasakannya.
Dari daftar itu, menunjukkan sebenarnya cukup banyak dan hampir tidak ada keistimewaan mencetak gol-gol itu, tapi bagi mereka di sana, seharusnya ekspresi diatas sudah bisa mewakili.