#pengakuan

1. Saya (sempat) malu kalau saya kidal
Well, sebenarnya saya sudah sepantasnya bersyukur dilahirkan dalam keadaan seperti ini. Tetapi terkadang, saya merasa sedih menjadi kidal,terutama saat masih kecil, karena saya juga ingin merasakan bagaimana rasanya menjadi orang normal, menulis dengan tangan kanan, makan dengan sendok di tangan kanan seperti orang lain. Memang untuk masalah menggunakan sendok bahkan sumpit, saya sudah cukup mampu untuk menggunakan tangan kanan, walaupun sebenarnya ada sedikit penolakan dari tubuh saya sendiri di situasi tertentu, dan untuk itu saya sangat bersyukur pernah bersekolah di madrasah yang untuk urusan tata cara makan dan minum saja sangat diperhatikan. Coba saja bayangkan bagaimana sulitnya seorang anak normal yang tiba-tiba diperintahkan untuk menggunakan tangan kiri saat makan, tentu saja sult bukan? Karena itu pula, saya tidak bisa membawa kendaraan bermotor, seperti mobil dan motor. Seringkali saya menyalahkan ayah saya yang tidak memberi saya kesempatan karena beliau khawatir dengan keselamatan saya. Tapi di suatu kesempatan baru saya sadari bahwa keputusan itu adalah yang terbaik, ya karena kondisi saya yang kidal ini. Coba saja ada kendaraan bermotor khusus orang kidal, mungkin akan lain ceritanya.
2. Saya ini pendiam dan ansos
Tidak banyak orang yang berani secara frontal untuk menyebut kata-kata diatas sebenarnya, tetapi sebagai manusia yang punya perasaan tentu saya dapat merasakannya, walaupun memang untuk mengubah sifat ini saya akui hingga saat ini saya belum mampu. Jika saja saya boleh beralasan, mungkin masa kecil saya lah yang menjadikan saya seperti ini. Saat kecil, tidak seperti kebanyakan anak-anak yang mempunyai teman bermain di lingkungan rumahnya, saya cenderung menjadi anak rumahan karena saat lahir, karier ayah saya tengah berada dalam puncaknya, dan karena itu beliau sering berpindah-pindah tempat kerja. Sebagai anak kecil, saat itu saya tidak punya pilihan selain mengikuti kepindahan orangtua. Tidak banyak memang teman bermain saya di masa kecil, mungkin hanya adik perempuan saya, pengasuh, dan bawahan-bawahan ayah saya. Di saat itu bisa dibilang saya sangat asyik dengan dunianya sendiri aka. ansos. Di masa-masa seharusnya anak-anak yang sudah semakin besar asyik bersosialisasi, saya harus menghadapi kenyataan bahwa karir orang tua menurun karena konflik dengan rekan kerja. Walaupun orang tua saya sangat pandai menutupi hal ini, tetap saja saya dapat merasakannya. Apalagi saya diajarkan untuk tidak menjadi anak yang banyak cakap. Sudah pasti saya menjadi orang yang pendiam
3. Saya (nampaknya) sangat gampang ...
Mungkin banyak orang yang tidak menyangka, tetapi sahabat-sahabat terdekat yang sangat mengenal saya pasti sangat setuju bila saya mengakui hal ini. Tetapi, cukup banyak alasan mengapa saya tidak punya pacar, apalagi mencari. Selain menurut apa yang saya anut hal itu termasuk mengandung banyak mudharat, sifat ini pastinya juga akan menyakiti pihak perempuan. Ya tentu dong, pasti pihak perempuan sangat sakit hati apabila pihak laki-lakinya ada “rasa” dengan perempuan lain. Jadi, daripada saya menyakiti perasaan orang lain, lebih baik saya aja yang sakit hati ;)

Tidak ada komentar: