Budi, teruslah bermain bola!



Masih ingatkah anda semua, sebuah iklan dimana Wayne Rooney bersama rekan-rekan satu tim Manchester United belajar bahasa Indonesia...
Ini Budi. Budi bermain bola.

Dengan lidah "inggris" mereka, diejalah 2 kalimat yang tertulis di papan tulis itu. Bagi kita orang Indonesia, hal tersebut terdengar unik dan lucu ketika mereka mengulang ucapan si ibu guru.
Tapi, mereka tersenyum. Seperti ada sesuatu yang aneh ketika mereka mengucapkan kalimat itu. Atau ada sensasi tersendiri yang mereka rasakan. Entahlah..

Dan roda kehidupan pun berputar. Bom mengguncang hotel tempat MU berencana menginap selama di Jakarta (kebetulan Ibrohim, otak pengeboman sendiri telah tewas digerebek Densus 88 di Temanggung). Suasanapun menjadi gelap dan hitam pekat. Tidak jelas lagi.
Tetapi di sana tertulis sebaris huruf yang membentuk kalimat di dasar warna hitam itu.
Budi, teruslah bermain bola.


Lalu siapa yang menulis pesan itu? Rooney? van der Sar? Giggs? atau bahkan Sang bos Sir Alex Ferguson? Who knows? Yang pasti, Rooney dan rekan-rekannya tak lagi berada di ruang kelas untuk membaca. Jangankan ke kelas, ke Indonesia saja tidak mau. Mereka takut Indonesia tidak bisa menjamin keamanan dan keselamatan mereka. Sebuah hal yang wajar. Mereka lebih percaya dengan Malaysia, bahkan mengajak tim Indonesia All-Star untuk bermain di Malaysia saja. Anda sekalian yang mendapat undangan itu, apakah tidak merasa malu? Kalau saya sudah tidak tertahankan malunya dengan mereka-mereka di Malaysia.

Yah, apapun yang terjadi, banyak pesan yang ditinggalkan pada papan iklan di atas.

Pertama, menarik mengapa kreator iklan menggunakan tokoh budi untuk mendapatkan adegan main bola. Mengapa bukan Boas, Bambang atau siapa pemain bola top nasional. Budi memang legendaris. Walaupun sebatas hanya mampu memperkenalkan nama diri sendiri dengan ayah, ibu, kakak dan adiknya saja. Mungkin dengan Budi mulai bermain bola dengan MU maka menjadi langkah awal Indonesia untuk melegenda di pentas dunia.

Kedua, Indonesia teruslah bermain bola saja. Karena memang tak pantas bertanding sepak bola. Kemampuannya hanya sebatas bermain-main bola. Bukan menguasai bola dan mempermainkan si bola bundar hingga menampilkan permainan yang menawan sehingga layak bertanding dengan tim sepak bola dunia. Oleh sebab Indonesia hanya mampu bermain bola, sementara MU maunya bertanding sepak bola. Maka daripada MU terjangkit kelakuan bermain bola hingga menurunkan kualitas mereka, maka pertandingan itu urung dilaksanakan.

Ketiga, hidup terus berlanjut kawan, teruslah semangat. Ini pesan kuat yang saya tangkap, dan semestinya anda juga menangkapnya, bukan menangkap pesan-pesan yang lain di atas. Ada dorongan dan semangat yang dipompakan, agar budi terus bermain bola meskipun bom meneror Indonesia. Tak ada alasan untuk berhenti belajar dan mengasah diri dalam permainan sepak bola. Bahkan bom pun tak semestinya menjadi pemicu patah semangat budi untuk terus maju. Budi, sebagai manifestasi generasi muda Indonesia semestinya segera bangkit dan melanjutkan apa yang menjadi cita-citanya. Karena dengan “terus bermain bola”, terbuka peluang yang lebar, Budi akan menjadi pemain bola top dunia sekelas Wayne Rooney dan pemain MU lainnya.

Kalimat Budi teruslah bermain bola juga semestinya menginspirasi semua orang yang membaca pesan itu, termasuk saya. Bahwa apapun yang terjadi dalam diri kita, semestinya tidak membuat kita patah hati dan kehilangan semangat hidup. Melanjutkan apa yang telah dimulai sampai tujuan akhir perjalanan hidup. Bagi seseorang yang kehilangan bahu yang tak mampu lagi menjadi sandaran atau berbeda dengan sahabatnya. Atau perempuan yang tanpa lelah menunggu senja. Ucok yang yang menanyakan dimana sekolahnya. Atau yang merasakan pahitnya kejujuran. The show must go on! Teruskan hidupmu! Masih banyak cinta dan pengharapan di depan sana.

Tidak ada komentar: