Harapan di Masa Datang

Hasil perhitungan cepat aka. Quick Count, entah itu independen atau ditunggangi berbagai kepentingan, menempatkan pasangan nomor tengah dari ketiga calon presiden periode mendatang...memang belum final hasilnya, toh hasil dari Event Organizer aka. KPU juga belum keluar...tapi harapan dari saya simpel aja, toh tak didengarkan juga tidak apa-apa..

Pertama, siapapun yang memimpin nanti, entah pro rakyat, atau yang melanjutkan, atau yang lebih cepat, harus kembali mendeklarasikan Gerakan Disiplin Nasional aka. GDN. Memang gerakan itu adalah produk Orde Baru yang (sepertinya) dianggap hina, tapi toh gagasan ini (dulu) sangat bagus, walaupun (lagi-lagi) prakteknya sulit juga..minimal hal-hal kecil bisa diperbaiki, seperti menyeberang jalan di zebra cross atau jembatan penyeberangan, pendisiplinan jalur busway, sikap berkendara, dan lain-lain..intinya, mental masyarakat itu haruslah dibina, tentu bukan lagi dengan tipe doktrinisasi lagi seperti dulu, tapi lebih ke bimbingan yang persuasif, kecuali apabila masih ada yang melanggar ya itu urusan beda lagi, tetap hukum (yang berdasarkan Undang-Undang, bukan berdasarkan Rupiah) yang bertindak.
Kedua, menyambung harapan pertama, galakkan kembali Gerakan Nasional Orang Tua Asuh. Dan tentu gerakan ini bukan cuma terpusat di Jakarta saja, namanya juga nasional. Dalam UUD'45, landasan hukum kita dalam bernegara, memang urusan hidup orang-orang terlantar (fokus ini ke anak-anak saya minta, karena yang berusia kanak-kanak ilegal namanya bila dipekerjakan) dipelihara negara. Melihat bangsa ini yang sudah merdeka 60 tahun lebih, hal ini memang sulit terwujud karena banyak pos-pos belanja negara dari Sabang sampai Merauke. Jadi biarlah para dewasa-dewasa yang sudah mapan dan bahagia tapi masih merasa kurang bahagia dengan kehadiran buah hati yang menjaga anak-anak terlantar itu.
Ketiga, galakkan lagi (segalak-galaknya) program KB, dan bila perlu cara negara China menerapkan hal serupa kita tiru juga, yaitu ditindaknya orang-orang yang masih saja terus memenuhi bumi kita yang makin sempit. Berbagai alasan penolakan pasti ada, seperti melanggar hak oranglah, atau bahkan melanggar hidup mereka yang merasa kedinginan di malam hari sehingga butuh kehangatan (dan selanjutnya terserah anda). Program ini secepatnya harus sukses, karena tidak mungkin pertumbuhan ekonomi yang mengikuti hitungan deret saja harus meladeni kebutuhan manusia-manusia yang terus bertambah bak jamur (bukannya saya menghina makhluk Allah) yang tumbuh mengikuti deret eksponensial. Mengiringi program ini, harus disebarkan juga program Inisiasi Menyusu Dini aka. IMD, yaitu program dimana calon ibu diberi penyuluhan untuk menjadi ibu kelak, seperti ASI Eksklusif misalnya. Program ini (yang belum pernah disebarkan ke masyarakat) jelas sangat menguntungkan.
Biasanya, entah di rumah sakit bersalin atau bidan sekalipun, bayi yang baru lahir langsung dipisahkan dari ibunya, yang katanya (karena saya sendiri belum pernah mengalami punya anak) itu prosedur, seperti dimandikan, ditimbang, di-inkubator. Mulai sekarang, jangan lakukan proedur-prosedur itu dulu! Langsung letakkan bayi anda yang baru lahir ke bumi itu ke tubuh anda, dan biarkan bayi anda mencari jalan untuk menyusu (namanya jug inisiasi). Biasanya butuh 30-60 menit hingga bayi sukses menyusu, dan tentu butuh kesabaran dari sang ibu, tapi hal itu terbayar! Colostrum, zat penting yang hanya keluar dari susu ibu di beberapa menit setelah melahirkan bisa didapatkan bayi (sehingga lebih sehat nantinya), zat oksitosin di tubuh sang ibu pun bisa menghilangkan rasa nyeri setelah melahirkan, resiko kanker payudara sang ibu bisa menurun, si bayi pun mudah "memposisikan" dirinya saat akan menyusu lagi (dari pengalamannya bermenit-menit bergulat di atas tubuh sang ibu) sehingga sang ibu tak perlu repot-repot lagi, dan juga dapat menghemat anggaran sang ibu juga! FYI, apabila seluruh ibu di Indonesia mau menerapkan hal ini juga ASI Eksklusif, yang berarti tidak memberikan susu kemasan sama sekali sekitar 6-12 bulan atau lebih, uang yang dapat dihemat mencapai Rp 2 Triliun lebih! Itu dari anggaran untuk membeli susu saja, anggaran apabila si bayi sakit diare misalnya..tentu uang yang bisa dihemat bisa digunakana ke pos-pos belanja lain, atau bahkan ditabung!
Luar biasa, kan? Dan semua itu hanya sekedar harapan jika pemerintah tidak berinisiatif sama sekali.

Tidak ada komentar: