Menarik, sekaligus menyesakkan. 2 kata ini sangat cocok menggambarkan drama yang terjadi hingga mempertemukan 2 tim, Bayern Muenchen dan Internazionale Milan.
Menarik mengingat pada musim lalu mereka tersingkir lebih awal oleh finalis tahun lalu, Manchester United dan Barcelona. MU menyingkirkan Inter Milan, sedangkan Barcelona mencabik-cabik Bayern Muenchen dengan agregat yang cukup telak juga. Tapi musim ini, Bayern Muenchen dan Inter Milan sama-sama "saling membantu". Bayern Muenchen menyingkirkan MU dengan away goalnya, sedangkan Inter Milan menyingkirkan Barcelona dengan taktik sepakbola negatifnya di Nou Camp. Dan kalimat yang disebutkan terakhir ternyata meyesakkan juga (bagi saya). Bagaimana penampilan gemilang MU dihentikan dengan tendangan first time Robben, pemain baru Muenchen yang terbuang di Real Madrid. Bagaimana Inter Milan memporak-porandakan pertahanan Barcelona dengan trio Milito-Eto'o-Sneidjer, yang kebetulan mereka juga pemain-pemain yang baru dibeli musim ini. Diego Milito dibeli dari Genoa, Eto'o "terbeli" dari hasil tukar guling Ibrahimovic ke Barcelona, dan Sneidjer yang merupakan pemain buangan dari Real Madrid.
Lalu pertanyaannya, siapakah yang akan memenangkan duel di Santiago Bernabeu tanggal 22 Mei nanti?
Muenchen, sebagai tim yang cukup punya tradisi di Liga Champions - sudah 4 kali menggondol pialanya, terakhir tahun 2001, lebih di atas angin daripada Inter Milan yang terakhir menjuarai Liga Champion kalau tidak salah 45 tahun yang lalu. Kedua tim juga mengandalkan kemampuan fisik yang mumpuni, jadi sudah pasti saat final nanti akan menjadi pertarungan yang sangat melelahkan bagi para pemain. Dan, kebetulan atau tidak, pelatih kedua tim, Louis Van Gaal dan Jose Mourinho adalah "alumni" satu klub sepakbola, yaitu Barcelona. Mourinho pernah menjadi asisten pelatih Van Gaal saat Van Gaal masih melatih Barcelona dulu. Tentu sangat menyenangkan bagi mereka berdua dapat bermain di kandang musuh bebuyutan Barcelona, Real Madrid. Adapun kedua tim mempunyai pemain-pemain buangan dari Real Madrid yang kemudian bersinar kembali, yaitu Robben dan Sneidjer. Faktor-faktor ini tentu meyebabkan final di Santiago Bernabeu adalah final di tempat yang benar-benar netral.
Tetap mengingat dalam beberapa tahun terakhir, percaya atau tidak, tim yang dapat mengalahkan Chelsea di babak knockout Liga Champions akan menjadi juara di akhir musim, dan dengan tidak bermainnya Ribery di final nanti, sepertinya spirit tinggi usai mengalahkan juara bertahan sekaligus tim yang diklaim sebagai tim terbaik dunia saat ini, Barcelona, sepertinya tidak akan mengejutkan apabila Inter Milan akan memenangkan pertandingan final nanti untuk melepas kerinduan 45 tahun tanpa gelar prestisius ini.
Kita tunggu saja...