Hari ini, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional ke-102, pada pukul 18.10 malam, Indonesia telah ditinggalkan seorang penyair lagu hebat, Bengawan Solo, yaitu Bapak Gesang, atau lengkapnya Gesang Martohartono.
Sebelumnya, banyak berita bermunculan yang mengatakan bahwa beliau telah meninggal. Kebetulan saya sendiri mengetahuinya dari media jejaring sosial. Cukup menarik bagaimana begitu cepatnya berita yang tidak ada kebenarannya bisa cepat tersebar di dunia maya.
Gesang, yang lahir di Surakarta tanggal 1 Oktober 1917, terkenal lewat lagu Bengawan Solo ciptaannya, yang ia ciptakan ketika ia berusia 23 tahun. Ketika itu sedang duduk di tepi sungai Bengawan Solo, lalu terinspirasi untuk menciptakan sebuah lagu. Proses penciptaan lagu itu sendiri memakan waktu sekitar 6 bulan. Padahal, pada awalnya Gesang muda bukanlah seorang pencipta lagu. Dulu, ia hanya seorang penyanyi lagu-lagu keroncong untuk acara dan pesta kecil-kecilan saja di kota Solo.Lagu Bengawan Solo yang ia ciptakan itu ternyata juga memiliki popularitas tersendiri di luar negeri, terutama di Jepang. Bahkan Bengawan Solo sempat digunakan dalam salah satu film layar lebar Jepang, sehingga tak heran bila saat berita yang mengabarkan kalau beliau telah wafat juga sampai ke sana.
Selain Bengawan Solo, beliau juga menciptakan beberapa lagu, seperti Keroncong Roda Dunia, Keroncong si Piatu, dan Sapu Tangan pada masa Perang Dunia II. Sayang, ketiga lagu itu kurang mendapat sambutan dari masyarakat.
Dan sebagai bentuk penghargaan atas jasanya terhadap perkembangan musik keroncong, pada tahun 1983 Jepang mendirikan Taman Gesang di dekat Bengawan Solo. Pengelolaan taman ini didanai oleh Dana Gesang, sebuah lembaga yang didirikan untuk Gesang di Jepang.
Sayangnya, anak muda jaman sekarang jarang yang mengetahui lagu ini, termasuk saya :D
mari kita simak lagunya..
Dan selamat jalan, Pak Gesang! karya anda tak akan pernah hilang ditelan waktu :)